MASALAH-MASALAH
DALAM BELAJAR
Dr. Asep Solihin, M.A
1. DEFINISI MASALAH BELAJAR
Banyak
ahli mengemukakan pengertian masalah. Ada
yang melihat masalah sebagai ketidaksesuaian antara harapan dengan kenyataan,
ada yang melihat sebagai tidak terpenuhinya kebutuhan seseorang, dan adapula
yang mengartikannya sebagai suatu hal yang tidak mengenakan.
Prayitno
(1985) mengemukakan bahwa masalah adalah sesuatu yang tidak disukai adanya,
menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri dan atau orang lain, ingin atau perlu
dihilangkan. Sedangkan menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan
suatu proses perubahan yaitu perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari
interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pengertian
belajar dapat didefinisikan “Belajar ialah sesuatu proses yang dilakukan
individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya”.
“Belajar
adalah proses perubahan pengetahuan atau perilaku sebagaiü
hasil dari pengalaman. Pengalaman ini terjadi melalui interaksi antara individu
dengan lingkungannya” ( Anita E, Wool Folk, 1995 : 196 ).
Menurut
( Garry dan Kingsley, 1970 : 15 ) “Belajar adalah prosesü tingkah laku ( dalam arti
luas), ditimbulkan atau diubah melalui praktek dan latihan”.
Sedangkan menurut Gagne (1984: 77) bahwa “belajar adalah suatu proses dimana
suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman”. Dari definisi
masalah dan belajar maka masalah belajar dapat diartikan atau didefinisikan
sebagai berikut: “Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami
oleh murid dan menghambat kelancaran proses yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan”.
Kondisi
tertentu itu dapat berkenaan dengan keadaan dirinya yaitu berupa
kelemahan-kelemahan dan dapat juga berkenaan dengan lingkungan yang tidak
menguntungkan bagi dirinya. Masalah-masalah belajar ini tidak hanya dialami
oleh murid-murid yang lambat saja dalam belajarnya, tetapi juga dapat menimpa
murid-murid yang pandai atau cerdas.
1) Masalah-Masalah Internal Belajar
Dalam
interaksi belajar mengajar siswa merupakan kunci utama keberhasilan belajar
selama proses belajar yang dilakukan. Proses belajar merupakan aktivitas psikis
berkenaan dengan bahan belajar. Untuk bertindak belajar siswa menghadapi
masalah-masalah secara intern. Jika siswa tidak dapat mengatasi masalahnya,
maka ia tidak dapat belajar dengan baik. Terdapat beberapa faktor intern yang
dialamai dan dihayati oleh siswa dan hal ini akan sangat berpengaruh terhadap
proses belajar. Faktor-faktor tersebut akan diuraikan sebagai berikut:
a. Sikap Terhadap Belajar
Sikap merupakan kemampuan memberikan penilaian tenyang sesuatu, yang membawa
diri sesuai dengan penilaian. Adanya penilaian terhadap sesuatu memberikan
sikap menerima, menolak atau mengabaikannya begitu saja. Selama melakukan
proses pembelajaran sikap siswa akan menentukan hasil dari pembelajaran
tersebut. Pemahaman siswa yang salah terhadap belajar akan membawa kepada sikap
yang salah dalam melakukan pembelajaran. Sikap siswa ini akan mempengaruhinya
terhadap tindakana belajar. Sikap yang salah akan membawa siswa mersa tidak
peduli dengan belajar lagi. Akibatnya tidak akan terjadi proses belajar yang
kondusif. Tentunya hal ini akan sangat menghambat proses belajar. Sikap siswa
terhadap belajar akan menentukan proses belajar itu sendiri. Ketika siswa sudah
tidak pesuli terhadap belajar maka upaya pembelajaran yang dilakaukan akan
sia-sia. Maka siswa sebaiknya mempertimbangkan masak-masak akibat sikap
terhadap belajar.
b. Motivasi Belajar
Tidak diragukan bahwa dorongan belajar mempunyai peranan besar dalam
menumbuhkan semangat pada siswa untuk belajar. Karena seorang siswa meski
memiliki semangat yang tinggi dan keinginan yang kuat, pasti akan tetap ditiup
oleh angin kemalasan, tertimpa keengganan dan kelalaian. Maka tunas semangat
ini harus dipelihara secara terus menerus.
Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar.
Lemahnya motivasi atau tiadanya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan
belajar. Selanjutnya mutu belajar akan menjadi rendah. Oleh karena itu motivasi
belajar pada diri siswa perlu diperkuat terus menerus.
Motivasi yang diberikan dapat meliputi penjelasan tentang keutamaan ilmu dan
keutamaan mencari ilmu. Bila siswa mengetahui betapa besarnya keutamaan sebuah
ilmu dan betapa besarnya ganjaran bagi orang yang menuntut ilmu, maka siswa
akan merasa haus untuk menuntut ilmu. Selain itu bagaimana seorang gurumampu
membuat siswanya merasa membutuhkan ilmu. Bila seseorang merasa membutuhkan
ilmu maka tanpa disuruhpun siswa akan mencari ilmu itu sendiri. Sehingga
semangat siswa untuk menunutut ilmu sangat tinggi, dan hal ini akan memudahkan
proses belajar.
c. Konsentrasi
Belajar
Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran.
Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi bahan belajar maupun proses
memperolehnya. Untuk memperkuat perhatian guru perlu melakukan berbagai strategi
belajar mengajar dan memperhatikan waktu belajar serta selingan istirahat. Yang
perlu diperhatikan oleh guru ketika memulai proses belajar ialahsebaiknya
seorang guru tidak langsung melakukan pembelajaran namun seorang guru harus
memusatkan perhatian siswanya sehingga siap untuk melakukan pembelajaran. Sebab
ketika awal masuk kelas perhatian siswa masih terpecah-pecah dengana berbagai
masalah. Sehingga sangat perlu untuk melkukan pemusatan perhatian dengan
berbagai strategi.
Menurut seorang ilmuan ahli psikologis kekuatan belajar seseorang setelah
tigapuluh menit telah mengalami penurunan. Ia menyarankan agar guru melakukan
istirahat selama beberapa menit. Istirahat ini tidak harus keluar kelas
melainkan dapat berupa obrolan ringan yang mampu membuat siswa merasa rileks
kembali. Dengan memberikan selingan istirahat, maka perhatian dan prestasi
belajar dapat ditingkatkan.
d. Mengolah
Bahan Belajar
Mengolah bahan belajar merupakan kemampuan siswa untuk menrima isi dan cara
pemerolehan ajaran sehingga menjadi bermakna bagi siswa. Isi bahan belajar
merupakan nilai nilai dari suatu ilmu pengetahuan, nilai agama, nilai
kesusilaan, serta nilai kesenian. Kemampuan siswa dalam mengolah bahan
pelajaran menjadi makin baik jika siswa berperan aktif selama proses belajar.
Misalnya, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya materi yang
disampaikan, sehingga siswa benar-benar memahami materi yang telah disampikan.
Siswa akan mengolah bahan belajar dengan baik jika mereka merasa materi yang
diampaikan menarik, sehingga seorang guru sebaiknya menyampaikan materi secara
menarik sehingga siswa akan memusatkan perhatiannya terhadap materi yang
disampaikan oleh guru.
e. Menyimpan
Perolehan Hasil Belajar
Menyimpan perolehan hasil belajar merupakan kemampuan menyimpan isi pesan dan
cara perolehan pesan. Kemampuan menyimpan tersebut dapat berlangsung dalam
jangka waktu yang pendek maupun dalam jangka waktu yang panjang. Proses belajar
terdiri dari proses pemasukan , proses pengolahan kembali dan proses penggunaan
kembali. Biasanya hasil belajar yang disimpan dalam jagka waktu yang panjang
akan mudah dilupakan oleh siswa. Hal ini akan terjadi jika siswa tidak membuka
kembali bahan belajar yang telah diberikan oleh seorang guru.
Untuk mengatasi hal ini sebaiknya guru mengingatkan akan materi yang telah lama
diberikan, serta memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan materi tersebut.
Sehingga mau atau tidak mau siswa akan berusaha untuk mengingat kembali materi
yang telah lama disampaikan serta membuka kembali buku yang berkaitan dengan
materi tersebut. Sehingga Ingatan yang disimpan dalam jangka panjang akan
semakin kuat.
f. Menggali
Hasil Belajar Yang Tersimpan
Menggali hasil belajar yang tersimpan merupakan proses mengaktifkan pesan yang
telah diterima. Dalam hal baru maka siswa akan memperkuat pesan dengan cara
mempelajari kembali atau mengaitkannya dengan bahan lama. Dalam hal pesan lama
maka siswa akan memanggil atau membangkitkan kembalipesan dan pengalaman lama
untuk suatu unjuk hasil belajar. Ada
kalanya siswa mengalami gangguan dalam menggali pesan dan kesan lama. Gangguan
tersebut bukan hanya bersumber pada pemanggilan atau pembangkitannya sendiri.
Gangguan tersebut dapat dikarenakan kesukaran penerimaan, pengolahan dan
penyimpanan. Jika siswa tidak memperhatikan dengan baik pada saat penerimaan
maka siswa tidak memiliki apa apa. Jikasiswa tidak berlatih sungguh sungguh
maka siswa tidak akan memiliki ketrampilan.
g. Kemampuan Berprestasi
Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar merupakan puncak suatu proses
belajar. Pada tahap ini siswa membuktikan hasil belajar yang telah lama ia
lakukan. Siswa menunjukan bahwa ia telah mampu memecahkan tugas-tugas belajar
atau menstransfer hasil belajar. Dari pengalaman sehari-hari di sekolah
diketahui bahwa ada sebagian siswa tidak mampu berprestasi dengan baik.
Kemampuan berprestasi tersebut terpengaruh pada proses-proses penerimaan,
pengaktifan, pra-pengolahan, pengolahan, penyimpanan, serta pemanggilan untuk
pembangkitan pesan dan pengalaman.
h. Rasa Percaya
Diri Siswa
Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan berhasil.
Dari segi perkembangan, rasa percaya diri dapat timbul berkat adanya pengakuan
dari lingkungan. Dalam proses belajar diketahui bahwa unjuk prestasi merupakan
tahap pembuktian perwujudan diriyang diakui oleh guru dan rekan sejawat siswa.
Semakin sering siswa mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik maka rasa percaya
dirinya akan meningkat. Dan apabila sebaliknya yang terjadi maka siswa akan
merasa lemah percaya dirinya.
i. Intelegensi Dan Keberhasilan
Belajar
Intelegensi merupakan suatu kecakapan global atau rangkuman kecakapan untuk
dapat bertindak secara terarah, berpikir secara baik dan bergaul dengan
lingkungan secara efisien. Kecakapan tersebut menjadi actual bila siswa
memecahkan masalah dalam belajar atau kehidupan sehari-hari.
Dengan perolehan hasil belajar yang rendah, yang disebabkan oleh intelegensi
yang rendah atau kurangnya kesungguhan belajar, berarti terbentuknya tenaga
kerja yang bermutu rendah . Hal ini akan merugikan calon tenaga kerja itu
sendiri. Oleh karena itu pada tempatnya mereka didorong untuk melakukan belajar
dibidang kterampilan.
j. Kebiasaan Belajar
Kebiasaan-kebiasaan belajar siswa akan mempengaruhi kemampunanya dalam berlatih
dan menguasai materi yang telah disampaikan oleh guru. Kebiasaan buruk tersebut
dapat berupa belajar pada akhir semester, belajar tidak teratur, menyia-nyiakan
kesempatan belajar, bersekolah hanya untuk bergengsi, datang terlambat bergaya
pemimpin, bergaya jantan seperti merokok. Kebiasaan-kebiasaan buruk tersebut
dapat ditemukan di sekolah-sekolah pelosok, kota
besar, kota
kecil. Untuk sebagian kebiasaan tersebut dikarenakan oleh ketidakmengertian
siswa dengan arti belajar bagi diri sendiri.
k. Cita-Cita Siswa
Cita-cita sebagai motivasi intrinsic perlu didikan. Didikan memiliki cita-cita
harus ditanamkan sejak mulai kecil. Cita-cita merupakan harapan besar bagi
siswa sehingga siswa selalu termotivasi untuk belajar dengan serius demi
menggapai cita-cita tersebut. Dengan mengaitkan pemilikan cita-cita dengan
kemampuan berprestasi maka siswa diharapkan berani bereksplorasi sesuai dengan
kemampuannya sendiri.
2. FAKTOR-FAKTOR EKSTERN BELAJAR
Proses
belajar didorong oleh motivasi intrinsic siswa. Disamping itu proses belajar
juga dapat terjadi, atau menjadi bertambah kuat, bila didorong oleh lingkungan
siswa. Dengan kata lain aktifitas belajar dapat meningkat bila program
pembelajaran disusun dengan baik.
Program
pembelajaran sebagai rekayasa pendidikan guru di sekolah merupakan factor
eksternal belajar. Ditinjau dari segi siswa, maka ditemukan beberapa factor
eksternal yang berpengaruh pada aktifias belajar. Faktor-faktor eksternal
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Guru Sebagai Pembina Siswa Belajar
Guru adalah pengajar yang mendidik . Ia tidak hanya mengajar bidang studi yang
sesuai dengan keahliannya, tetapi juga menjadi pendidik pemuda generasi
bangsanya. Guru yang mengajar siswa adalah seorang pribadi yang tumbuh menjadi
penyandang profesi bidang studi tertentu. Sebagai seorang pribadi ia juga
mengembangkan diri menjadi pribadi utuh. Sebagai seorang diri yang
mengembangkan keutuhan pribadi, ia juga menghadapi masalah pengembangan diri,
pemenuhan kebutuhan hidup sebagai manusia.
Dengan penghasilan yang diterimanya setiap
bula ia dituntut berkemampuan hidup layak sebagai seorang pribadi guru.
Tuntutan hidup layak tersebut sesuai dengan wilayah tempat tinggal dan
tugasnya. Guru juga menumbuhkan diri secara professional. Ia bekerja dan
bertugas mempelajari profesi guru sepanjang hayat. Mengatasi masalah-masalah
keutuhan secara pribadi, dan pertumbuhan profesi sebagai guru merupakan
pekerjaan sepanjang hayat. Kemampuan mengatasi kedua masalah tersebut merupakan
keberhasilan guru membelajarkan seorang siswa.
b. Prasarana Dan Sarana Pembelajaran
Prasarana pembelajaran meliputi sarana olahraga, gedung sekolah ruang belajar,
tempat ibadah, ruang kesenian, dan peralatan olahraga. Sarana pembelajaran
meliputi buku pelajaran, buku bacaan, alat dan fasilitas laboratorium sekolah
dan berbagai media pengajaran yang lain. Lengkapnya sarana dan prasarana
pembelajaran merupakan kondisi pembelajaran yang baik. Hal ini tidak berarti
bahwa lengkapnya sarana dan prasarana menentukan jaminan melakukan proses
pembelajaran yang baik. Justru disinilah muncul bagaimana mengolah sarana dan
prasaranapembelajaran sehingga tersenggara proses belajar yang berhasil dengan
baik.
c. Kebijakan Penilaian
Kegiatan penilaian merupakan proses belajar mencapai puncaknya pada hasil
belajar siswa atau unjuk kerja siswa. Sebagai suatu hasil maka dengan unjuk
kerja tersebut maka proses belajar berhenti untuk sementara. Dan terjadilah
penilaian. Hasil belajar merupakan hasil proses belajar. Pelaku aktif dalam
belajar adalah siswa. Pelaku aktif dalam pembelajaran adalah guru. Dengan
demikian, hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi, dari
sisi siswa hasil belajar merupak tingkat perkembangan mental yang lebing baik
bila dibandingkan pada saat pra belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut
terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, efektif, dan psikomotorik. Hasil
belajar dinilai dari ukuran-ukuran guru, tingkat sekolah dan tingkat nasional.
Jika digolonhkan lulus maka dapay dikatakan proses belajar siswa dan tindak
mengajar guru berhenti sementara. Jika digolongkan tidak lulus, terjadilah
proses belajar ulang bagi siswa dan mengajar ulang bagi guru.
d. Lingkungan Sosial Siswa Di Sekolah
Tiap siswa dalam lingkunga sosial memiliki kedudukan, peranan dan tanggung
jawab sosial tertentu. Dalam kehidupan tersebut terjadi pergaulan seperti
hubungan sosial tertentu. Dalam kehidupan tersebut terjadi hubungan akrab
kerjasama, kerja berkoprasi, berkompetisi, bersaing, konflik atau perkelahian.
e. Kurikulum Sekolah
Kurikulum yang diberlakukan di sekolahadalah kurikulum nasional yang disahkan
oleh pemerintah, atau yayasan pendidikan. Kurikulum disusun berdasarkan
tuntutan kemajuan masyrakat. Dengan kemajuan dan perkembangan masyrakat timbul
tuntutan kebutuhan baru dan akibatnya kurikulum sekolah perlu direkonstruksi.
Adanya rekonstruksi itu menimbulkan kurikulum baru. Perubahan kurikulum sekolah
menimbulkan masalah seperti tujuan yang akan dicapai mungkin akan berubah, isi
pendidikan berubah, kegiatan belajar mengajar berubah serta evaluasi beruba.
3) FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA MASALAH BELAJAR
Kesulitan
belajar ini merupakan suatu gejala yang nampak dalam berbagai jenis pernyataan
( manifestasi ). Karena guru bertanggung jawab terhadap proses
belajar-mengajar, maka ia seharusnya memahami manifestasi gejala-gejala
kesulitan belajar. Pemahaman ini merupakan dasar dalam usaha memberikan bantuan
kepada murid yang mengalami kesulitan belajar.
Pada
dasarnya dari setiap jenis-jenis masalah, khususnya dalam masalah belajar murid
di SD, cenderung bersumber dari faktor-faktor yang melatarbelakanginya (
penyebabnya ). Seorang guru setelah mengetahui siapa murid yang bermasalah
dalam belajar serta jenis masalah apa yang dihadapinya. Selanjutnya guru dapat
melaksanakan tahap berikutnya, yaitu mencari sebab-sebab terjadinya masalah
yang dialami murid dalam belajar. Meskipun seorang guru tidak mudah menentukan
sebab-sebab terjadi masalah yang sesungguhnya, karena masalah belajar cenderung
sangat kompleks.
Pada
garis besarnya sebab-sebab timbulnya masalah belajar pada murid dapat
dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu :
1. Faktor-faktor
Internal ( faktor-faktor yang berada pada diri murid itu sendiri ), antara lain:
a)
Gangguan secara fisik, seperti kurang berfungsinya
organ-organ perasaan, alat bicara, gangguan panca indera, cacat tubuh, serta
penyakit menahan ( alergi, asma, dan sebagainya )
b)
Ketidakseimbangan mental ( adanya gangguan dalam fungsi
mental ), seperti menampakkan kurangnya kemampuan mental, taraf kecerdasannya
cenderung kurang.
c)
Kelemahan emosional, seperti merasa tidak aman, kurang
bisa menyesuaikan diri ( maladjustment ), tercekam rasa takut, benci, dan
antipati serta ketidakmatangan emosi.
d)
Kelemahan yang disebabkan oleh kebiasaan dan sikap
salah seperti kurang perhatian dan minat terhadap pelajaran sekolah, malas
dalam belajar, dan sering bolos atau tidak mengikuti pelajaran.
2. Faktor
Eksternal ( faktor-faktor yang timbul dari luar diri individu ), yaitu berasal
dari:
a). Sekolah,
antara lain :
1)
Sifat kurikulum yang kurang fleksibelü
2)
Terlalu berat beban belajar (murid) dan atau mengajar
(guru)ü
3)
Metode mengajar yang kurang memadaiü
4)
Kurangnya alat dan sumber untuk kegiatan belajar
b). Keluarga (rumah), antara lain :
1)
Keluarga tidak utuh atau kurang harmonisü
2)
Sikap orang tua yang tidak memperhatikan pendidikan
anaknyaü
3)
Keadaan ekonomi
Menurut
Lindgren, (1967 : 55) bahwa lingkungan sekolah, terutama guru. Guru yang akrab
dengan murid, menghargai usaha-usaha murid dalam belajar dan suka memberi
petunjuk kalau murid menghadapi kesulitan, akan dapat menimbulkan perasaan
sukses dalam diri muridnya dan hal ini akan menyuburkan keyakinan diri dalam
diri murid. Melalui contoh sikap sehari-hari, guru yang memiliki penilaian diri
yang positif akan ditiru oleh muridnya, sehingga murid-muridnya juga akan memiliki
penilaian diri yang positif.
Jadi
jelaslah bahwa guru yang kurang akrab dengan murid, kurang menghargai
usaha-usaha murid maka murid akan merasa kurang diperhatikan dan akan
mengakibatkan murid itu malas belajar atau kurangnya minat belajar sehingga
anak itu akan mengalami kesulitan belajar. Keberhasilan seorang murid
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari sekolah seperti guru yang
harus benar-benar memperhatikan peserta didiknya.
Menurut
Belmon dan Morolla (1971 : 107) menyimpulkan dari hasil penelitiannya, bahwa
anak-anak yang berasal dari keluarga yang banyak jumlah anak, mempunyai
keterampilan intelektual lebih rendah daripada anak-anak yang berasal dari
keluarga yang jumlah anaknya sedikit.
4. MENGIDENTIFIKASI MURID YANG
DIPERKIRAKAN MENGALAMI MASALAH BELAJAR
Murid
yang mengalami masalah belajar, dapat diidentifikasi melalui tes hasil belajar,
tes kemampuan dasar, skala pengungkapan sikap dan kebiasaan belajar.
1. Tes Hasil Belajar
Tes hasil belajar adalah alat yang disusun untuk mengungkapkan sejauh mana
murid telah mencapai tujuan-tujuan pengajaran yang ditetapkan sebelumnya
murid-murid dikatakan telah mencapai tujuan pengajaran apabila dia telah
menguasai sebagian besar materi yang berhubungan dengan tujuan pengajaran yang
telah ditetapkan. Ketentuan ini merupakan penerapan dari belajar tuntas ( mastery
learning ) yang didasarkan pada asumsi bahwa setiap murid dapat mencapai
hasil belajar sesuai yang diharapkan jika diberi waktu yang cukup dan bimbingan
yang memadai untuk mempelajari bahan yang disajikan.
Ketentuan
penguasaan bahan ditentukan dengan menetapkan patokan, yaitu presentasi minimal
yang harus dicapai oleh murid yang belum menguasai bahan pelajaran sesuai
dengan patokan yang ditetapkan, dikatakan belum menguasai tujuan pengajaran.
Murid
yang seperti ini digolongkan sebagai murid yang mengalami masalah belajar dan
memerlukan bantuan khusus, sedangkan murid yang sudah menguasai secara tuntas
semua bahan-bahan yang disajikan sebelum batas waktu yang ditetapkan berakhir,
digolongkan sebagai murid yang sangat cepat dalam belajar. Mereka ini patut
untuk mendapatkan pelajaran tambahan.
2. Tes Kemampuan Dasar
Setiap
murid mempunyai kemampuan dasar atau kecerdasan tertentu. Tingkat kemampuan ini
biasanya diukur atau diungkapkan dengan menggunakan tes kecerdasan yang sudah baku.
Diasumsikan
bahwa anak normal, memiliki tingkat kecerdasan (I Q) antara 90-109. Hasil yang
dicapai murid hendaknya dapat mencerminkan tingkat kemampuan yang dimilikinya.
Murid yang kemampuan dasarnya tinggi akan mencapai hasil belajar yang tinggi
pula. Bilamana seseorang murid mencapai hasil belajar yang lebih rendah dari
tingkat kecerdasan yang dimilikinya, maka murid yang bersangkutan digolongkan
sebagai yang mengalami masalah belajar. ( menurut Gagne 1967 ).
3. Skala Sikap dan Kebiasaan Belajar
Sikap
dan kebiasaan belajar merupakan salah satu faktor yang penting dalam belajar.
Sebagian dari hasil belajar, ditentukan oleh sikap dan kebiasaan yang dilakukan
oleh murid dalam belajar. Kebiasaan belajar menunjuk pada bentuk dan pola
perilaku yang dilakukan terus menerus oleh murid dalam belajar.
`Sebagian
dari sikap kebiasaan belajar murid, dapat diketahui melalui pengamatan yang
dilakukan di dalam kelas. Misalnya, dalam hal mengerjakan tugas-tugas, membaca
buku, membuat catatan dan kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan dengan
belajar murid. Tetapi pengamatan biasanya terbatas pada sikap dan kebiasaan
yang diterima oleh alat indera. Untuk mengungkapkan sikap dan kebiasaan yang
lebih luas telah dikembangkan beberapa alat berupa “skala sikap dan kebiasaan
belajar”. Alat ini akan dapat mengungkapkan derajat cara murid mengerjakan
tugas-tugas sekolah, sikap terhadap guru, sikap dalam menerima pelajaran dan
kebiasaan dalam melaksanakan kegiatan belajar.